Senin, 03 November 2008

Kode Etik Keperawatan

KODE ETIK KEPERAWATAN DI DUNIA

        Pada Hari Perawat Sedunia tahun ini, keperawatan mengusung kembali PHC sebagai tema utama, menekankan aspek integrasi pelayanan dan partisipasi masyarakat. Melalui ini, keperawatan menandaskan bahwa faktor determinan kesehatan tidak dapat diberangus hanya dengan perawatan pada orang sakit di tempat tidur. Keperawatan berada dalam satu arus paradigma sehat

Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka seagai individu. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama

Berorientasi populasi
 
Pada Hari Perawat Sedunia tahun ini, keperawatan mengusung kembali PHC sebagai tema utama, menekankan aspek integrasi pelayanan dan partisipasi masyarakat. Melalui ini, keperawatan menandaskan bahwa faktor determinan kesehatan tidak dapat diberangus hanya dengan perawatan pada orang sakit di tempat tidur. Keperawatan berada dalam satu arus paradigma sehat Visi Indonesia Sehat tahun 2010, yang menempatkan aspek promosi dan preventif pada garda terdepan kebijakan dan program pembangunan bidang kesehatan.
 
Hal ini mencerminkan ciri profesionalitas keperawatan yang mengedepankan altruism dan nurturant, suatu komitmen pada nilai-nilai sosial untuk kesejahteraan populasi. Komitmen ini pulalah yang menempatkan perawat sebagai profesi penolong, suatu totalitas melampau penghargaan finansial yang diterima.
 
Perawat, sebagai kekuatan pembaruan, mempunyai kans besar untuk memastikan kesehatan masyarakat dapat tercapai. Mengenai ini, bahkan pernah ditegaskan oleh Hafdan Mahler, Direktur Jenderal WHO, tahun 1985. Proporsi tenaga keperawatan Indonesia sebesar 54 persen menggambarkan kekuatan yang mampu memberikan daya ungkit mengurangi angka kematian ibu dan anak, meretas masalah kurang gizi, mencegah penyebaran penyakit menular, meningkatkan kesehatan lingkungan, dan menjaga individu tetap hidup sehat secara optimal.
 
Secara kuantitas, kontribusi itu tercermin melalui kinerja 70 persen perawat di puskesmas dalam pelayanan kehamilan dan persalinan. Keterlibatan proaktif keperawatan dalam program Desa (RW) Siaga juga mengindikasi upaya perawat membangun kapasitas masyarakat berpartisipasi aktif menemukan akar masalah kesehatan di komunitas dan melakukan upaya untuk mengatasinya.
 
Bernadethe Marheni Luan Dosen Keperawatan Komunitas dan Peneliti di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Sint Carolus

ORGANISASI KEPERAWATAN INTERNASIONAL

1. International Council of Nurses (ICN)

Merupakan organisasi profesional wanita pertama didunia yang didirikan tanggal 1 Juli 1899 yang dimotori oleh Mrs. Bedford Fenwick. ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia. Tujuan pendirian ICN adalah memperkokoh silaturahmi para perawat diseluruh dunia, memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk membicarakan berbagai maslah tentang keperawatan, menjunjung tinggi peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan dan kode eik profesi keperawatan.

Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat universal. Keperawatan menjunjung tinggi kehid@����8abat dan hak asasi mnausia. Keperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kuliut, usia, jenis kelamin, aliran politik, agama, dan status sosial.

ICN mengadakan kongres setiap 4 tahun sekali. Pusatnya di Geneva, switzerland.

2.American Nurses Association (ANA)

ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari negara-negara bagian. ANA berperan dlm menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan serta menampilkan profil keperawatan profesional dengan pemberlakukan legislasi keperawatan.

3. Canadian Nurses Association (CNA)

CNA adalah asosiasi perawat nasional di Kanada. Mempunyai tujuan yang sama dengan ANA yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan peningkatan standar praktek keperawatan, mendukung peningkatan profesionalisasi keperawatan dan meningkatkan kesejahteraan perawat. CNA juga berperan aktif meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, pemberian izin bagi praktek keperawatan mandiri.

4.National League for Nursing (NLN)

NLN adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang berkaitan dengan keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten perawat (pekarya) dan agencies. Didirikan pada tahun 1952. Bertujuan untuk membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.

5. British Nurses Association (BNA)

BNA adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada tahun 1887 oleh Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh perawat di inggris dan berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.


KODE ETIK KEPERAWATAN DI INDONESIA

Dalam kode etik keperawatan Indonesia yang telah diputuskan oleh Musyawarah Nasional VI Persatuan Nasional Indonesia terdiri dari bagian mukadimah , tanggung jawab perawat dank lien , perawat dan praktek , perawat dan masyarakat , perawat dan teman sejawat , perawat dan profesi lain . Adapun isi kode etik keperawatan di Indonesia adalah sebagai berikut :

Mukadimah

Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik , material dan mental spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia , maka kehidupan profesi keperawatan Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan .

Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien ( individu , keluarga dan masyarakat ) , oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yang luhur , niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan , kesukuan , warna , kulit , umur , jenis , kelamin , aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial .

Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien , cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan mencegah terjadinya penyakit , mengurangi dan menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini dilaksanakan atas dasar pelayanan yang paripurna .

Dalam melaksanakan tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna para perawat mampu dan iklas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh .

Pentingnya Undang-Undang keperawatan

Data UNDP tahun 2006 mencatat bahwa indeks Pembangunan Manusia Indonesia masih menempati urutan ke 108 dari 162 negara. Tingkat pendidikan, pendapatan dan Peranan keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan pada era globalisasi, tenaga kesehatan yang sehat akan menunjang keberhasilan program pelayanan kesehatan dan juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep.Kes RI (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita citakan adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya.

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para perawat/ ners harus memilki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu.

. PELAYANAN KEPERAWATAN

Bentuk Pelayanan :

1. Fisiologis

2. Psikologis

3. Sosial dan Kultural

Diberikan karena :

· Ketidakmampuan

· Ketidakmauan

· Ketidaktahuan Dalam memenuhi kebutuhan dasar
yang sedang terganggu

FOKUS KEPERAWATAN :
Respons Klien Terhadap :
Penyakit
Pengobatan
Lingkungan

Praktik Keperawatan Profesional
Tindakan Mandiri Perawat Profesional

Melalui Kerjasama Dengan :
Klien
Tenaga Kesehatan Lain

KODE ETIK KEPERAWATAN DI JEPANG

Ketika negara-negara Jepang sejak tahun 1980-an sudah mengibarkan S-1 sebagai basis pendidikan keperawatan, Indonesia baru pada tahun 2015 mayoritasnya berlatar belakang pendidikan diploma. Besarnya proporsi vokasional menempatkan keperawatan dalam dominasi kontrol dari luar dan digolongkan dalam kelompok pekerja kelas bawah dengan segala konsekuensinya, termasuk
kecenderungan memperoleh imbalan rendah. 
 
Kemandirian
               Meminjam sosiolog Caplon, dalam bukunya berjudul The Sociology of Work, langkah-langkah yang telah ditempuh oleh keperawatan Indonesia merupakan sekuens profesionalisasi. Upaya-upaya itu, dalam koidor Caplon antara lain, pembentukan asosiasi perawat nasional, pemberian nama baru ners untuk perawat profesional sebagai monopoli kelompok menggantikan kata perawat atau suster, pemberlakuan kode etik keperawatan, dan pengupayaan aspek legal untuk lisensi dan praktik keperawatan. Sejalan dengan proses mengupayakan aspek legal ini adalah pendidikan dan fasilitas pendidikan dibangun di bawah kontrol profesi.
 
               Memasuki era praktik kemandirian secara profesional lalu menjadi semacam isu emosional bagi keperawatan, terutama setelah lebih dari enam tahun ternyata RUU Praktik Keperawatan masihlah tetap rancangan. Tanpa regulasi dan kehadiran Konsil Keperawatan yang menjamin kompetensi pendidikan dan lulusannya serta mengatur registrasi lisensi dan sertifikasi, keperawatan belum utuh disebut sebagai profesi. Suatu kondisi yang bertentangan dengan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang menekankan pentingnya kewenangan menjalankan peran dan perlindungan hukum. Tanpa UU Praktik Keperawatan, kemandirian dan akuntabilitas keperawatan seperti dipasung.
 
               Manfaat UU Praktik Keperawatan sesungguhnya akan juga dinikmati oleh khalayak ramai dan negara. Masyarakat mendapatkan jaminan memperoleh
kualitas asuhan dan terlindung dari tindakan malapraktik. Mutual Recognition Agreement di tingkat regional Asia Tenggara akan dimantapkan dan pengakuan kesetaraan perawat Indonesia di kancah global akan berkontribusi besar terhadap peningkatan devisa negara.
 
               Sama halnya di mancanegara, pendidikan keperawatan di Indonesia berawal dari rumah sakit dalam bingkai pelayanan kuratif. Menilik itu, tidaklah aneh apabila masyarakat masih memandang perawat sebagai asisten dokter. Pandangan masyarakat ini semakin kuat manakala perawat sendiri tidak mampu menampilkan kinerja profesionalnya. Lebih-lebih, banyak perawat di daerah, yang karena diimpit oleh keterbatasan sumber daya kesehatan dan tuntutan masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan, ambil risiko berfungsi di luar domain keperawatan.
               Perawat Indonesia kini menjadi pembicaraan hangat di Jepang,  menyusul rencana kedatangan para tenaga medis itu di Negeri Matahari  Terbit awal Agustus 2008.
 
               Ihwal rencana kedatangan perawat itu disampaikan oleh Atase Perdagangan  KBRI Tokyo Tulus Budhianto kepada Antara di Tokyo, Sabtu (26/7).  Kedatangan tersebut tidak saja menyangkut tenaga perawat, tetapi juga  /caregivers/, yaitu perawat untuk orang lanjut usia.
 
               "Sebanyak 220 perawat dan caregivers akan tiba di Tokyo pada 5 Agustus mendatang. Mereka merupakan gelombang pertama dari seribu tenaga perawat  yang diakui dalam perjanjian EPA antara Indonesia dan Jepang," ungkap  Tulus Budhianto yang juga Koordinator EPA Indonesia di Tokyo. 
 
               Perjanjian EPA (Economic Partnership Agreement) berlaku efektif 1 Juli  2008, setahun setelah ditandatangani oleh masing-masing kepala  pemerintahan di Jakarta Agutus 2007. Memang pengiriman tenaga perawat ke  luar negeri, bukanlah pertama kali dilakukan. Sejak 1980-an pemerintah  sudah "mengekspor" ribuan perawat ke luar negeri, terutama ke  negara-negara di kawasan teluk, seperti Kuwait, Uni Emirat Arab, bahkan  ke Taiwan.
 
               Sejalan dengan perkembangan global, Indonesia juga mulai merambah ke  negara-negara maju, termasuk Jepang. Saat ini perjanjian kerjasama juga  terus diupayakan baik dengan Amerika Serikat (AS), maupun negara negara  Eropa lainnya.
 
               Mengirim perawat tentu saja berbeda dengan mengirimkan tenaga kerja  informal, seperti pembantu rumah tangga, ataupun "komoditas"  lainnya.  Tenaga perawat dan /caregivers/ merupakan tenaga kerja yang terdidik, yang di Jepang harus memiliki standar kemampuan profesi yang tinggi. Apalagi pasar kerja Jepang terkenal amat menuntut ketelitian dan hasil akhir yang sempurna.
               
               Simak saja undang-undang tenaga kerja dan persyaratan imigrasinya yang  mengharuskan pekerja di Jepang dan pekerja asing memiliki keahllian.  Berbagai pihak memang menyebutkan perawat Indonesia banyak disukai dan  diminati rumah sakit-rumah sakit di luar negeri, karena mereka rela mengerjakan tugas-tugas yang semestinya menjadi porsi dokter yang dilaksanakan dengan baik.
   
               Sekjen Depnakertrans Besar Setyoko dalam perbincangan dengan Antara di  Tokyo, beberapa waktu lalu mengemukakan bahwa negara-negara seperti AS  dan Eropa menyatakan minatnya merekrut perawat Indonesia. 
               Negeri Sakura, terutama dalam masalah bahasa 
dan kultur sosial masyarakatnya. Masalah sosial yang cukup peka adalah soal kesan orang asing yang tidak begitu bagus di mata sebagian warga Jepang. Pekerja asing dianggap mengambil lahan pekerjaan warga Jepang.
 
Soal bahasa tampak lebih krusial, seperti yang terungkap dalam dialog  rutin yang diselenggarakan Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Osaka bersama warga Indonesia di Jepang awal Juli lalu. Diskusi juga melibatkan kalangan akademisi Jepang, guna memperoleh perspektif yang lebih luas dalam mengkaji suatu fenomena persoalan yang menyangkut hubungan Indonesia-Jepang.
 
               Riset yang dipimpin Profesor Yoshichika Kawaguchi itu menyebutkan, belum  seluruh rumah sakit di Jepang berkenan menerima perawat asing. Dari  1.600 rumah sakit yang disurvai (522 di antaranya memberikan respon),  dan hanya 46 persen saja yang bersedia menerima. Artinya sebagian masih meragukan keahlian perawat asing.
 
               Penelitian itu juga menyebutkan rumah sakit Jepang tampaknya "kecapaian"  kalau diberikan tugas tambahan memberikan pelatihan sesuai standar  Jepang kepada para perawat asing. Namun yang lainnya, sebanyak 38  persen, justru bersemangat untuk menyediakan fasilitas pelatihan.
 
               Menurut Profesor Kawaguchi, masih enggannya sebagian rumah sakit di  Jepang, karena kurang lengkapnya informasi mengenai sistem penerimaan  itu sendiri.
 
               "Pemerintah Jepang harus memberikan informasi serinci mungkin dan sesegera mungkin, serta melakukannya secara aktif," kata Kawaguchi lagi. Pelatihan itu penting agar masyarakat Jepang juga mengetahui bahwa tenaga terampil itu sudah berlinsensi Jepang, sesuai standar keahlian Jepang.
 
               Sebelum menjalankan pekerjaannya, perawat Indonesia nantinya harus belajar bahasa Jepang selama enam bulan. Setelah itu diharuskan mengikuti ujian nasional untuk mendapatan lisensi keperawatan. Jika lulus, barulah mereka diperkenankan tinggal dan bekerja di Jepang.
 
               Jepang memang mencoba mengatasinya dengan menggenjot produksi robot 
humanoid (yang berfungsi seperti manusia), namun tetap tidak bisa 
mengatasi ketergantungannya pada tenaga manusia, khususnya di bidang 
pelayanan kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan bisa membuat sistem 
pelayanan kesehatan Jepang lumpuh.
 
               DAFTAR PUSTAKA
 

http://syehaceh.wordpress.com/2008/06/03/organisasi-profesi-keperawatan/

http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/02/konsep-dasar-keperawatan-i.html

http://rsudraza.banjarkab.go.id/?page_id=23

http://pemikirulung.multiply.com/journal/item/149

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080414074609AA4kbSC

http://iwansain.wordpress.com/2007/09/21/praktik-keperawatan-sebagai-bentuk-pelayanan-kesehatan-kepada-masyarakat-suatu-tinjauan-etik-dan-hukum/

Asuhan Keperawatan Denganengan Gangguan System Endokrin DM Tipe II

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah sebagai bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada ilmu keperawatan dan unit keperawatan berbentuk pelayanaan bio, psiko, sosial, spiritual, dan komprehensif serta ditujukan pada individu keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun yang sehat (A. Aziz Alimaul Hidayat. 2004, hal 14).
Menurut data Organsasi Kesehatan Dunia (WHO). Indonesia menempati keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita Diabetes Mellitusnya terbanyak setelah India, China. Uni Sovyet, Jepang dan Brasil. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 8,4 juta (19%) penderita diabetes mellitus. Angka ini akan meningkat terus di mana tahun 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta (2,8%) menderita diabetes. Untuk itu, dianjurkan agar mengenali sedini mungkin diabetes mellitus yakni dengan mengenal faktor-faktor resiko terjadinya penyakit tersebut.
(http.//ayosz.wordpress.com/data/diabetes-mellitus).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang lebih 12 juta orang 7 juta dari 12 juta penderita diabetes mellitus tersebut sudah terdiagnosis, di Amerika Serikat kurang lebih 650.000 kasus DM didiagnosis setiap tahunnya.
Di Indonesia jumlah penyakit diabetes mellitus berkisar antara 1,4% dengan 1,6 diabetes mellitus kecuali di dua tempat yaitu Semarang 2,3% atau 2022 dan di Manado 6,1 atau 2101 orang.
Prevalensi DM pada penelitian di Indonesia
Kota Tahun Jumlah Umur Skrining Prevalensi %
Semarang 1975 1.571 14 + Urin 1,46
Pekajangan 1979 2.822 25 + Urin 2,3
Surabaya 1980 9.703 20 + Urin 1,37
Makassar 1981 2.720 16 + Urin 1,50
Jakarta 1982 2.704 15 + Plasma 1,6
Padang 1984 1.088 12 + Urin 1,5
Manado 1986 2.107 20 + Darah 6,1
Jakarta 1993 1.013 15 + Plasma 5,6

Menurut catatan medical record R.S. Dr. Wahidin Sudirohusodo jumlah penderita DM dari tahun 2007 sampai pertengahan tahun 2008 tercatat 55 orang, untuk umur 25-44 tahun 42 orang atau 11,8%, umur 45-64 tahun 245 orang atau 69,1% dan umur 65 tahun ke atas 68 orang atau 19,1% di mana perempuan lebih banyak menderita DM yaitu 206 orang atau 58,1% dibandingkan laki-laki hanyak 149 orang atau 41,9%.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan umum
Memperoleh informasi atau gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem “Diabetes Mellitus” di ruang perawatan interna lontara I Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata pengkajian keperawatan ada pasien Diabetes Mellitus
b. Memperoleh pengalaman nyata tentang perumusan diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
c. Memperoleh pengalaman nyata tentang rencana keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
d. Memperoleh pengalaman nyata tentang pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien Dabetes Mellitus.
e. Memperoleh pengalaman nyata tentang evaluasi keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.

C. Manfaat Penulisan
1. Pendidik
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam peningkatan mutu pada masa akan dating.

2. Rumah Sakit
Dapat memberikan bahan masukan bagi rumah sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan untuk meningkatakan mutu pelayanan keperawatan pada umumnya, penerapan dengan diabetes mellitus.
3. Perawat
Menjadi bahan masukan bagi tenaga perawat dalam penerapan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
4. Klien dan keluarga
Dapat memberikan pengetahuan kepada klien tentang penyakit Diabetes Mellitus, pencegahan dan perawatan secara sini sebelum timbul komplikasi
5. Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang apa dan bagaimana penyakit Diabetes Mellitus itu.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah
1. Studi Kepustakaan.
Membaca dan mempelajari literatur-literatur yang ada relevansinya dengan karya tulis ini antara lain buku dan catatan kuliah.



2. Studi Kasus
Untuk studi kasus perawatan maka pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan komprehensif yang meliputi pengkajian data, penetapan diagnosa, penyusunan evaluasi.
3. Studi Dokumenter.
Data-data yang didapat dari status klien di ruang catatan perawatan, instruksi dokter dari tim kesehatan lain.

E. Tempat
Tempat pelaksanaan studi kasus dilakukan di ruang perawatan interna atas di Lontara I RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

F. Waktu Pelaksanaan
Tempat studi kasus mulai tanggal 14 Juli sampai 16 Juli 2008 melengikapi data/informasi dalam pengkajian digunakan teknik:
a. Wawancara
Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada klien, dilakukan dengan cara auto anamnese dan allo anamnese.
b. Observasi
Melakukan observasi langsung kepada pasien Diabetes Mellitus dan juga mengganti perubahan yang terjadi pada klien.

G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, maka penulis memakai sistem penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang memuat tentang latar belakang, tujuan, penulisan, manfaat penulisan metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TERORITIS
Pada bab ini dibahas tentang pengertian, anatomi fisiologi, insiden, etiologi, Patofisiologi, manifetasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, selain itu pada bab ini akan dibahas konsep keperawatan yang terdiri dari data dasar, KDM, diagnosa keperawatan, data pendukung, tujuan, serta tindakan keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Pada bab INI akan diuraikan tentang pengkajian data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang inti dan penulisan yang bertujuan untuk membandingkan antara teori dan fakta yang ditemukan di lapangan praktek.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disimpulkan hasil pelaksanaan studi kasus yang dilaksanakan dan berisi saran-saran/pesan penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Diabetes Mellitus (DM) dari kata Yunani, diabalnein “tembus” atau “pancuran air” dan kata latin mellitus, “rasa manis” yang umumnya dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah makan). Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan diperglikemia kronik disertai berbagai kelamin metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (http.//ayosz.wordpress.com/data/diabetes-mellitus).
b. Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonalm yang menimbulkan sebagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi dalam membrane basalis dalam pemeriksaan mikroskop editron (Mansjoer A, 2001 hal. 580).
c. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang kronik dan kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologist (Garbara C Long, 1996).

2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi











Gambar : Pankreas
b. Fisiologi
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa antara 70-110 mg/dl (englikemia) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Pada orang non diabetes, kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120 sampai 140 mg/dl setelah makan (postrantial), namun keadaan ini akan kembali menjadi normal dengan cepat, sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel-sel otot (glikogenesis). Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa karena dilepaskan dari cadangan-cadangan tubuh, dan glukosa yang baru dibentuk dari asam amino, laktat dan gliserol yang berasal dari trigliserida (glikoneogenesis), normalisasi glukosa darah diatur oleh hormone-hormon.
Dari lima hormon yang terlibat dalam regulasi kadar darah, hormone pankreas, insulin merupakan satu-satunya hormon yang menurunkan glukosa darah (glukagen, growth hormone, epinphrin, dan glukokortikoid semuanya meningkatkan kadar gula darah.
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah yang panjangnya kira-kira 5 cm berat 60-100 gram. Letak pada daerah umbilical, di mana lekukan dalam lekukan deudonum dan ekornya membentuk kelenjar limpe, berfungsi mengekskresi insulin dan glukogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bagian
a. Kepala pankreas merupakan bagian paling besar terletak umbilical dalam lekukan deudenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri dan sebenarnya menyentuh limpa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu:
a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya, tetapi mengekresikan insulin dan glikogen langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung 3 jenis sel utama yaitu: sel alfa, sel beta, delta yang satu sama lain dibedakan struktur dan sifat pewarnanya, sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengkresi glukagon dan sel delta mengkresi somatostatin.
Fungsi pankreas ada 2, maka disebut organ rangka, yaitu:
a. Fungsi eksokrin, dilaksakan oleh sel sekretori obula yang membentuk getah pankreas berisi enzim dun eklotrolit, jenis-jenis enzim dari pankreas adalah:
1) Amylase : menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida, dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan mono sakarida.
2) Tripsin : menganalisa peplon menjadi polipetida kemudian menjadi asam amino.
3) Lipase menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi menbentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pankreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilan oleh pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pankreas adala insulin dan glikogen.
1. Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5805 untuk manusia insulin terdiri dari dua rantau asam animo satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam animo yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah kadar glukosas darah adalah 80-90 mg/ml. Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu:
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasi setelah makan. sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa diabsorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypotalamus adalah merangsang saraf simpatis untuk meningkatkan pelepasan glukosa ke dalam darah, sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrealin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati juga membantu melindungi terhadap hypokilemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat yaitu:
a) Menambah kecepatan, metabolisme glukosa
b) Mengurangi konsntrasi gula darah
c) Menambah penyimpangan glukosa ke jaringan

2. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan sel-sel alfa pulau langerhans yang mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin.
Fungsi yang terpenting adalah meningkatkan konsentrsi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil menpunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Pengaturan sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas dibanding pada sekresi insulin, penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukosa darah turun 70 mg/100 ml darah pankreas mengekskresi glukosa dan hati jadi glukagon membantu melindungi terhadap hiperlikemia.




C. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/tergantung insulin)
Seseorang dikatakan Diabetes tipe I, jika tubuh perlu pasokan insulin dari luar. Hal ini disebabkan karena sel-sel beta dan pulau-pulau langerhans telah mengalami kerusakan sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa. Serta kombinasi faktor genetik imunologi dan mungkin pada lingkungan misalnya infèksi virus diperkirakan turut menimbulkan dekstruksi sel beta.
1) Faktor genetik penderita diabetes tidak mewarisi suatu prediposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadi diabetes mellitus tipe I ditentukan individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leukosit Antigen) tertentu.
2) Faktor imunologi terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi dengan pada jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan : penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor eksternal yang dapat memicu destroksi sel beta.
Contoh : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan deksroksi sel beta.

b. Diabetes Mellitus tipe I (NIDDM/ tidak tergantung insulin)
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Biasanya orang yang terkena penyakit diabetes tipe ini yaitu orang dewasa.
c. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan atau sindrom lain
Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit pangkreatitis, kelainan tentang proses keperawatan yang mencakup (glukottikoid estrogen) bergantung pada kemampuan pankreas yang menghasilkan insulin pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat oral atau insulin.
d. Diabetes Mellitus Gestational
Terjadi selama kehamilan, biasanya trimester ke-2 atau ke-3 disebabkan oleh hormone yang sekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin.

4. Insiden
Diabetes mellitus dapat menimbulkan kecacatan yang permanent:
a) Kebutaan pada orang dewasa
b) Gagal ginjal dianalisa menderita diabetes militus.
c) 50-70 % amputasi non traumatik.
d) Meningkatnya resiko penyakit jantung koroner dan stroke.
“Klien dengan diabetes mellitus adalah dua kali akan beresiko penyakit jantung koroner dan tiga kali beresiko stroke”
- Diabetes tipe I (destruksi sel beta) umumnya menjurus ke defesiensi insulin absolute.
- Diabetes tipe 2 bervariasi terutama dominan resistensi insulin ditandai defesiensi insulin relatif terutama efek sekresi insulin.
5. Patofisiolgi
1. Tipe I (insulin dependent diabetes mellituss atau IDDM)
Diabetes mellitus tipe I adalah Insulin Dependen Diabetes Mellitus terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimum sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Reaksi autoimunitas tersebar dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh pada umumnya menyerang individu yang berusia di bawah 30 tahun yang sering memperlihatkan tanda-tanda klasik:
(2) Poliuri
(3) Polidipsi
(4) Polipagi
(5) Penurunan BB dan kelelahan
(6) Kesemutan


2. Tipe II (Non insulin dependent diabetes mellituss atau NIDDM)
Terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam prdouksi insulin dan resistasi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifasi terhadap insulin yang melibatkan reseptor insulin dimembran insulin. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokinesis yang merusak tokransi glukosa.
Diabetes tipe II boleh pergi tak ketahuan bertahun-tahun dalam suatu pasien hasil diagnosa gejala yang kelihatan adalah secara khas lembut atau yang tidak ada tanpa ketoacidotic dan dapat sporadic. Bagaimana kesulitan yang menjengkelkan dapat diakibatkan oleh jenis tak ketahuan 2 kencing manis termasuk kegagalan yang berkenaan dengan ginjal, penyakit vaskuler (termasuk penyakit nadi/jalan utama serangan jantung).
Adapun faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II yaitu usia, abesitas, riwayat keluarga etnik.
(http.//ayosz.wordpress.com/data/diabetes-mellitus).

3. Diabetes mellituss gestasional (DMG)
Di mana terjadinya gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapatkan insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

2) Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut
Pada tahap awal sering dikemukakan:
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serat ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolik sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan dari elektrolit banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d. Berat hadan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang hal ini disebabkan keliabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak atau protein.
e. Nutrisi
Nutrisi merupakan ilmu yang mempelajari zat makanan. (Nutrient) dan zat-zat lain yang ada dalam makanan serta kerjanya, interaksinya dan keseimbangannya dalam hubungannya dengan kesehatan dan penyakit melalui proses ingesti, absobsi, tnansportasi, pemakaian dan ekresi dari makanan. (DR.Andry Hatono, PA. Nutr.2002).
Nutnisi sebagai kebutuhan dasar manusia
1) Zat makanan / nnutrien yang didapat dari pemasukan makanan akan menjadi materi-materi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2) Nutrien sangat perlu untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan pemeliharaan serta fungsi normal dan sel tubuh.
3) Nutrien akan digunakan untuk memproduksi energi berupa ATP (Adenosin Tripospat) untuk seluruh aktivitas tubuh: pergerakan otot transmisi implus sarat proses berfikir, produksi panas semua tergantung pada energi yang diproduksi dari makan yang dikomsumsi individu.
4) Nutrien dibutuhkan untuk membuat zat-zat penting hormon dan enzim.
5) Jika tubuh mengalami kekurangan beberapa zat yang penting maka akan terjadi ketidakmampuan untuk: Tubuh, memelihara fungsi dan pergantian jaringan dan beresiko buruk bagi tubuh.
Salah satu penatalaksanaan dari diabetes mellitus yaitu pencernaan makanan, pada konsenstis perkumpulan Endrokrionologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15) dan lemak (20-25).
Apabila diperlukan santapan dengan komposissi karbohidrat sampai 70 -75%. Juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah serat 25 g/hari.
Jurnlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan untuk mencapai berat badan ideal konsensus pengelolaan DM di Indonesia.
- Karbohidrat = 60-70%
- Protein = 10-15%
- Lemak = 20-25%
- Kolesterol = <300 serat =" 25">200mg/dl, dikonfirmasikan pada hari yang berbeda dengan:
1. Kadar glukosa plasma puasi >126 mg/dl
2. Glukosa 2 jam PP >200mg/dl dengan TTG >200mg/dl baru dapat dikatakan seagai diabetes mellitus.

5) Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau gejala. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi akut dan kronik.





Kriteria pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma
Vena
- Puasa 80-109 110-139 >, 140
- 2 jam 110-159 160-199 >, 200
HBAK % 4-6 6-8 > 8
Kolesterol total (mg/dl) <> 240
Kolesterol LDL
- Tanpa PJK <>, 16
- Dengan PJK <>, 130
Kolesterol HDL (mg/dl) > 45 35-45 > 35
Trigliserida (mg/dl)
- Tanpa PJK <> 250
- Dengan PJK <>, 200
BMI/IMT
- Perempuan 18,5-23,9 23-25 > 425 / <18,5> 27 / <20> 160/95

Ada 4 komponen dalam penatalaksanaa diabetes mellitus:
a. Diet
1. Komposisi makanan:
a. Karbohidrat = 60-70%
b. Protein = 10-15%
c. Lemak = 20-25%
d. Kolesterol = <300 serat =" 25"> 110%
 Obesitas : BBR> 110%
- Obesitas ringan : 120% - 130 %
- Obesitas sedang : 130% - 140%
- Obesitas berat : 140 % - 200 %
- Obesitás morbit : > 200 %
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita diabetes mellitus yang bekerja biasa adalah:
 Kurus : BB x 40-60 kalori / perhari
 Normal (ideal) : BB x 20 kalori / perhari
 Gemuk : BB x 20 kalori / perhari
 Obesitas : BB x 10-15 kalori / perhari
Dra. Andry Hartono, P.A .Nutr (2002)
b. Latihan Jasmani
a) Latihan kontinyu
Contoh : Jogging 30 menit tanpa istirahat

b) Latihan ritmis
Contoh : Jalan kaki berlari, berenang, bersepeda mendayung.
c) Latihan interval
Contoh : Jalan kaki diselingi jalan lambat, berenang cepat-cepat panjang kolom diselingi 1 kali renang lambat
d) Latihan progresif
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat.

e) Latihan daya tahan
Untuk melatih daya tahan memperbaiki system kardovaskuler.

c. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok dengan resikotinggi
1. Umur di atas 45 tahun
2. Kegemukan > 120 % BB idaman atau (MT > 27 kg/m
3. Hipertensi >140/90 mmHg
4. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
5. Dislidemia, HDR <35>250 mg/dl
6. Para TGT atau GPPT (TGT > 140 mg/dl), glukosa plasma kuasa derange (GPPT > 100 mg/dl dan lebih banyak <>65 mg/dl
Cholesterol LDL 96 mg/dl >130 mg/dl

Hasil pemeriksaan tanggal 12 Juli 2008
Laboratorium Hasil Normal
GDS 348 mg/dl >140 mg/dl

Hasil pemeriksaan tanggal 13 Juli 2008
Laboratorium Hasil Normal
GDS 361 mg/dl >140 mg/dl

Hasil pemeriksaan tanggal 01 Juli 2008
Laboratorium Hasil Normal
WBC 13,5 H 103 / mm2 4,0 – 10,0
RBC 3,82 L 103 / mm2 4,00 – 6,0
HGB 9,3 lg/dl 12,0 – 1,0
HCT 29,6 L % 37,0 – 48,0
PLT 318 H 103 / mm2 150 – 400
PCT 248 % 100 – 500
MCV 78 L. FL 80 – 97
MCH 24,3 LPG 26,5 – 33,5
RDW 14,2 % 10,0 – 15,0
MPV 7,8 FL 6,5 – 11,0
PDW 13,5 % 10,0 – 18,0
LIM 10,3 L % 20,0 – 40,0
MO 4,5 % 2,0 – 8,0
GRA 85,2 H % 53,0 – 80,0


Hasil pemeriksaan tanggal 16 Juli 2008
Laboratorium Hasil Normal
Triglyceriade 199 mg/dl 200 mg/dl
GDP 412 mg/dl 110 mg/dl
Glubolin 1,6 mg/dl 1,5 – 5 mg/dl
Cholesterol Total 146 mg/dl 200 mg/dl
Cholesterol HDL 24 > 65 mg/dl
Cholesterol LDL 80 < equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8">

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menggunakan beberapa kesenjangan yang terjadi antara konsep dan teori yang didapatkan pada diabetes mellitus tipe II yang dirawat di ruangan Interna Lontara I RS.DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Dalam asuhan keperawatan pada Ny. “S” dengan gangguan system endokrin DM tipe II, telah diupayakan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif yang didasari oleh pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara sistematis melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian diagnosa, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian yang dilakukan penulis terhadap klien Ny “S” yang dirawat di ruang interna atas sesuai dengan tahapan pengkajian yang ada dalam teori yaitu mulai tahapan pengumpulan, pengelompokan data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.

Data yang dikumpulkan berasal dari klien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis klien. Adapun cara yang digunakan dalam memperoleh data dengan observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan catatan medik klien.

Berdasarkan teori (Brunner and Suddarth, 2002) data yang umumnya didapatkan pada klien dengan diabetes mellitus antara lain poliura, polidipsi, polipagi dan pengkajian gejala, yaitu kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul, kesemutan, rasa pegal, kelemahan tubuh, luka atau bisul yang tidak bisa sembuh dan infeksi saluran kemih.

KONSEP KEPERAWATAN

(Perbandingan Teori Dengan Kasus)

a. Aktivitas istirahat

Teori :Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, keram otot,

tonus otot menurun, gangguan pola tidur

Kasus Tn “H” :Lemah, sulit bergerak, tonus otot menurun pada Tn“H”

ada gangguan pada tidur

b. Sirkulasi

Teori : Kesehatan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,

penyembuhan yang lama, hipertensi, takikardi, nadi

menurun

Kasus Tn “H” : Kesemutan pada ekstremitas, terdapat ulkus pada kaki

kanan, tekanan darah normal dan terjadi peningkatan

nadi

c. Intergritas ego

Teori : Stress, peka rangsangan

Kasus Tn “H” : Klien cemas

d. Eliminasi

Teori : Poliuri, nokturia, nyeri tekan abdomen, diare, perut

kembung, dan pucat

Kasus Tn “H” : Klien mengeluh banyak buang air kecil, tidak

gangguan pola eliminasi BAB.

e. Makanan/cairan

Teori : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti

diet, penurunan berat badan

Kasus Tn “H” : Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat

badan.

f. Neuro sensori

Teori :pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan,

disorientasi, mengantuk, hupor/koma

Kasus Tn “H” : Klien hanya mengeluh suka mengantuk

g. Nyeri/kenyamanan

Teori : Abdomen yang tegang dan nyeri tekan (sedang/berat)

wajah meringis

Kasus Tn “H” : Kalien Nampak meringisdan nyeri yang dirasakan

karna luka dalam pada kaki kanan

h. Pernapasan

Teori : Batuk/merasa kekurangan oksigen

Kasus Tn “H” : Tidak ada kedainan sistem pernapasan

i. Keamanan

Teori : Kulit kering, gatal, ulkus kulit, demam, menurunnya

kekuatan otot

Kasus Tn “H” : Terjadinya menurunnya kekuatan otot

j. Seksualitas

Teori : Impoten pada pria, vagina (cenderung infeksi)

Kasus Tn “H” : Klien mengeluh ada penurunan kemampuan seksual.

Data yang ditemukan pada Ny “S” didapatkan data poliuri. polidipsi, polipagi, nafsu makan menurun, kilen mengeluh konstipasi, adanya luka pada kaki kiri, KU lemah, nyeri, tekan kuadran kanan atas, kekuatan otot, tonus otot menurun, tanda-tanda vital (TD: 100/70 mmHg S: 36,50 C N : 90 x / i P : 24 x 4).

Data pada Tn “H” yaitu data yang dikemukakan pada Tn “H” keluhan utama yang ditemukan yaitu nyeri pada kaki kanan, luka, kelemahan, tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, polidipsi, poliurin, polipagia, tanda-tanda vital (TD: 100/70 mmHg N : 90 x / i P : 24 x 4 S: 36,50 C).

B. Diagnosa Keperawatan

Sedangkan menurut Marillyn E. diagnosis (2000, hal. 726), bahwa diagnosa yang lazim muncul pada pasien, diabetes mellitus adalah ada 7, sedangkan pada Ny “S” ada 4 diagnosa dan pada Tn “H” ada 5 diagnosa yaitu:

Diagnosa keperawatan yang timbul berdasarkan teori:

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hyperlekimia, diuresis osmotic, diare, muntah masukan dibatasi.
  2. Nutrisi perubahan : kurang dan kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
  3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan leukosit, perubahan pada sirkulasi.
  4. Perubahan sensorik pernapasan perceptual berhubungan dengan perubahan kimía endogen. ketidakseimbangan glukosa/insulin elektrolit.
  5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme perubahan kimia darah.
  6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang ketergantungan terhadap orang lain.
  7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), berhubungan dengan kurang mengingat, kesehatan informasi, tidak mengenal informasi.

Data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus Ny. “S” dan Tn. “H” yaitu:

1. Perubahan sensoris perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin elektrolit.

Hal ini tidak ditemukan disebabkan karena belum adanya tanda-tanda perseptual diantaranya belum adanya penurunan ketajaman penglihatan dan belum adanya hasil pemeriksaan yang menunjang.

2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik, perubahan kimia darah, dan infisiensi insulin.

Kelelahan tidak dimunculkan karena tidak banyak melakukan aktifitas

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan informasi, tidak mengenal informasi. Hal ini disebabkan klien mengerti situasi akan keadaan penyakit tetapi tidak merasa cemas akan timbulnya komplikasi dari penyakituya.

Sedangkan diagnisa yang muncul pada kasus yaitu

a. Pada klien Ny. “S” yaitu:

1. Infeksi berhubungan dengan luka DM

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

3. Kecamasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4. Aktivitas intoteran herhubungan dengan kelemahan.

b. Pada Tn. “H” yaitu:

1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka pada kaki kanan

2. Nutrisi kurang dan kehutuhan berhubungan dengan definisi insulin, penurunan masukan oral.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi

5. Infeksi berhubungan dengan luka DM

Kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kasus yaitu ada diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus, sebaliknya ada diagnosa yang muncul dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori yaitu:

1. Nyeri berhubungan dengan luka pada kaki kanan. Diagnosa ini tidak terdapat dalam teori, namun sesuai dengan kondisi klien yang dikemukakan baik verbal ataupun non verbal pada kasus Tn “H”. Sedangkan pada kasus Ny. “S” tidak ditemukan, ini menunjukkan adanya perbedaan kondisi luka klien, persepsi dan pengetahuan serta pengalaman yang berbeda.

2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Diagnosa ini ditemukan pada kasus Ny. “S”. Hal ini terjadi karena klien merasa takut dan cemas akan timbulnya komplikasi dari penyakit dan proses penyembuhan luka yang lama.

C. Intervensi Perawatan

Rencana keperawatan yang disusun pada kasus sama dengan rencana keperawatan pada teori dengan tetap menyesuaikan antara rencana dengan kondisi, fasilitas rumah sakit dan kebijakan rumah sakit.

Adapun rencana keperawatan yang diterapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada kasus diabetes mellitus yaitu:

  1. Diagnosa Pertama

Untuk perencanaan diagnosa pertama terjadinya intervensi yang diberikan yaitu ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam, ganti verban tiap hari, observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan setiap ganti verban dan penatalaksanaan pemberian obat antibiotik (cefotaxime 1 tablet 12 jam / oral).

  1. Diagnosa Kedua

Untuk perencanaan diagnosa kedua nutrisi kurang, intervensi yang diberikan yaitu timbang BB, kaji intake dan output nutrisi, diet diabetes mellitus 1700 kalori, pagi, siang dan sore, berikan motivasi dan dorongan dalam pemenuhan nutrisi.

  1. Diagnosa Ketiga

Pada diagnosa ketiga intervensi yang dilakukan yaitu: kaji tingkat kecemasan, dengarkan keluhan klien, He tentang DM, berikan semangat dan motivasi dan dorongan spiritual.

  1. Diagnosa keempat

Untuk perencanaan diagnosa keempat aktivitas, intervensi yang diberikan yaitu pantau kelemahan dalam kemampuan beraktivitas. Anjurkan klien untuk mengentikan aktivitas bila terasa sakit, anjurkan klien untuk melakukan pergerakan aktif dan pasif.

D. Implementasi

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus dengan menetapkan waktu pelaksanaan dan respon klien.


E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada kriteria tujuan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan evaluasi SOAP selama tiga hari. Dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus sampai dengan hari ketiga diagnosa keperawatan yang teratasi dan tiga diagnosa keperawatan yang belum teratasi.

Diagnosa yang teratasi yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Dagnosa yang belum teratasi:

1. Infeksi berhubungan dengan luka DM

2. Nutrisi kurang berhubungan dengan intake tidak adekuat

3. Aktivitas intoleran berhubungan dengan penurunan produksi energi

Adapun faktor yang menghambat sehingga diagnosa tersebut belum teratasi adalah :

a. Penyakit klien membutuhkan pengobatan dan perawatan yang sama sedangkan waktu yang diberikan untuk kontak dengan klin sangat singkat, hanya tiga hari untuk pencapaian tujuan.

b. Adanya keterbatasan fasilitas rumah sakit sehingga perawatan yang diberikan tidak intensif.

c. Keterbatasan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan petugas kesehatan yang ada di ruangan dapat mengikuti perkembangan kondisi klien sehingga masalah keperawatan yang dialami oleh klien dapat teratas sesuai tujuan yang diharapkan.


BAB V

P E N U T U P

Setelah penulis membahas tinjauan kasus pada Ny “S” gangguan system Endokrin Diabetes Mellitus di Lontara I interna bawah RS.DR. Wahidin Sudirohusodo tanggal 14-16 Juli 2008 maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran

A. KESIMPULAN

a. Diabetes meliltus merupakan suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem yang disebabkan oleh delisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.

b. Dalam melakukan pengkajian Ny “S” dengan menggunakan pendekatan bio, psiko, sosial dan spiritual. Dalam pengkajian terdapat kesenjangan teori dan kasus nyata hal ini menunjukan ha hwa manusia adalah makhluk yang unik dan dibutuhkan ketentuan untuk menganalisa berdasarkan untuk mendapatkan suatu data yang akurat dalam menegakkan suatu diagnosa.

c. Rencana tindakan adalah rencana yang ditegakkan oleh perawat untuk membantu klien dalam tencana tindakan keperawatan yang mengacu pada diagnosa yang didapatkan.

d. Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah direncanakan namun dakam pelaksanaan penulis menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kehutuha klien.

e. Pada evaluasi keperawatan hanya satu masalah keperawatan yang teratasi dan tiga masalah belum teratasi. Hal ini disebabkan karena waktu yang diberikan untuk kontak dengan klien sangat singkat hanya tiga hari yang dimulai dari jam 07.00 sampai jam 19.00 wita untuk mencapai peneapaian tujuan dan empat masalah keperawatan yang didapatkan dari klien dan keterbatasan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan yang komprehensif dan terbatasnya fasilitas rumah sakit yang mendukung pelaksanan keperawatan.

B. SARAN

1. Diharapkan kepada semua tenaga kesehatan / tim medis khususnya perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan proses keperawatan dan tetap memegang konsep teori yang ada untuk mengidentifikasi kebutuhan klien khususnya diabetes mellitus.

2. Diharapkan kepada semua tenaga kesehatan / tim medis khsusnya perawat, mendapat gambaran nyata tentang diabetes mellitus.

3. Diharapkan kepada semua tenaga kesehatan / tim medis khususnya perawat dapat melakukan teknik pengkajian dengan baik dan benar.

4. Diharapkan kepada semua tenaga kesehatan / tim medis khususnya perawat mampu menetapkan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Diharapkan kepada semua tenaga kesehatan / tim medis khususnya perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.